Mbah ditangkap enam jam setelah diringkusnya Abu Dujana di Desa Kebarongan
Kemrajen Banyumas, Sabtu pekan lalu (9/6) pukul 11.30. Abu Irsyad ditangkap
di Ngaglik, Sleman.
Kabareskrim Komjen Pol Bambang Hendarso dalam keterangannya di Mabes
Polri kemarin menjelaskan, Mbah bertugas mengendalikan seluruh operasi
Jamaah Islamiyah di Indonesia.
''Tersangka (Mbah) pernah belajar militer di kamp pelatihan di Pakistan
pada tahun 1997 dan menjadi lulusan terbaik setelah Nashir Abbas,'' katanya.
Pada kesempatan yang sama, Komandan Satgas Antiteror Mabes Polri Brigjen
Pol Surya Darma Salim mengatakan, Mbah pada tahun 2005 menjadi amir darurat
Jamaah Islamiyah Indonesia menggantikan Andung yang ditangkap di Surakarta
tahun 2004. ''Organisasi yang dipimpin Mbah lebih berbahaya, memiliki empat
sayap,'' katanya.
Selain sayap militer, tambah Surya, Jamaah Islamiyah di Indonesia juga
memiliki sayap dakwah, pembekalan, dan pendidikan. Abu Irsyad, pria kelahiran
Pekalongan 29 Desember 1962, juga pernah melatih di kamp militer Udaidah
di Mindanao Filipina pada tahun 1998.
Sementara, Abu Dujana merupakan sekretaris Jamaah Islamiyah Indonesia.
Abu Dujana juga pernah mengikuti latihan militer Saddah di Pakistan dan
menjadi lulusan terbaik saat itu.
Bambang menambahkan, walaupun telah banyak gembong teroris yang tertangkap
namun pihaknya meminta masyarakat tetap waspada. ''Apalagi masih ada tersangka
teroris yang belum tertangkap dan ditemukannya dokumen rencana aksi teror,''
jelasnya.
Pascabom Kuningan
Hasil penelusuran jajaran Pemkab Banyumas terkait riwayat identitas
Yusron Mahmudi (37) alias Abu Dujana, yang tertangkap di Desa Kebarongan,
Kecamatan Kemranjen, Banyumas Sabtu lalu, menyebutkan bahwa gembong teroris
itu kali pertama masuk Banyumas di Desa Sokaraja Tengah Kecamatan Sokaraja.
Dia masuk awal Januari tahun 2005 pascapeledakan bom Kuningan.
Dalam laporan hasil penelusuran tim Badan Kependudukan, Catatan Sipil
dan Keluraga Berencana (BKCKB) ke Bupati Banyumas HM Aris Setiono disebutkan,
Abu Dujana masuk ke Banyumas di Desa Sokaraja Tengah diketahui dari akte
kelahiran anaknya yang ketiga, Hilma Shofia.
Kepala Bidang Administrasi Kependudukan BKCKB, Herry Kisyanto mengatakan,
anak ketiga Abu Dujana lahir pada 10 Januari 2005 di Sokaraja. Sehingga
sebelum ke Desa Kebarongan dia pernah singgah atau tinggal di Sokaraja.
'Desa itu kita perkirakan yang kali pertama ditempati Abu Dujana. Ini
kita telusuri setelah ada perintah dari Bupati,'' kata Heri, kemarin.
Dia memperkirakan, setelah peledekan bom Kuningan 9 Sepetember 2004,
gembong teroris itu bersembunyi di Banyumas. Sokaraja Tengah dipilih sebagai
tempat persembunyian, kemungkinan dianggap aman.
''Bisa saja setelah terjadinya bom Kuningan lalu dia langsung lari
ke Banyumas. Tapi kepastiannya masih kita telusuri. Sebab ini juga terkait
dengan informasi dari jajaran kepolisian,'' tuturnya.
Informasi lain menyebutkan, kali pertama masuk ke Banyumas dari Dusun
Tipar Alasmalang. Kemudian akhir 2006 masuk ke Desa Kebarongan di Dusun
Teleng. Kemudian pindah ke RT 3 RW 3 masuk wilayah Kadus I.
Sumber lain menyebutkan, Abu Dujana dan keluarganya ke Sokaraja diawali
perkenalan sang istri dengan istri Fauzan, berinisial N. Kebetulan istri
Fauzan sebagai guru playgrup di salah satu yayasan di kota getuk itu.
Sementara itu, menurut pengamat sosiologi Fisip Unseod, Tri Wuryaningsih
MSi, keluarga Abu Dujana bisa tinggal lama di Kebarongan maupun wilayah
Banyumas terjadi karena budaya individual kini sudah merasuki sebagian
besar masyarakat desa.
Salah satunya karena beban ekonomi sehingga mereka lebih mementingkan
kepentingan pridadi. Selain itu juga pengaruh tayangan televisi yang lebih
banyak memberikan daya hayalan dan imajiniasi tentang hal-hal yang tidak
realisitis.
''Masyarakat desa sekarang juga berkecenderungan cuek dengan lingkungan.
Itu akibat beban hidup sehari-hari yang sudah menyita perhatian lebih.
Dan pola gerakan terorisme itu juga lebih mudah menyusut di komunitas masyarakat
yang berperilaku individualis,'' nilainya.
Masih Kuat
Target Densus 88 Antiteror Mabes Polri dan Polda Jateng menangkap
buronan teroris paling dicari Noordin M Top, terus mengalami kemajuan.
Hal itu setelah ditangkapnya Pemimpin JI Wilayah Mantiqi 2, Abu Dujana
alias Yusron Mahmudi di RT 3 RW 3, Desa Kebarongan, Kecamatan Kemranjen,
Banyumas.
Menurut Kapolda Jateng Irjen Dodi Sumantyawan HS, keberadaan tempat
persembunyian Noordin tak jauh dari Abu Dujana yang sudah lebih dulu ditangkap.
''Kan begini, seperti saya. Kalau tidak ada Kapolda, tentu ada Wakapolda
yang mewakili, terus ke pejabat yang di bawahnya yang ditunjuk,'' terang
Kapolda, Jumat (15/6).
Hanya saja, kata dia, mobilitas buronan teroris di bawah Dr Azahari
yang sudah ditembak mati di Batu, Malang, Jatim tahun lalu, cukup tinggi.
Karena itu personelnya terus bergerak bersama tim dari Mabes Polri untuk
melakukan pengejaran.
Banyak Nama
Untuk menemukan keberadaannya, memang butuh ketajaman, ketelatenan
dan kesabaran dalam melakukan pelacakan di lapangan. Sebab seperti umumnya
teroris yang sudah ditangkap, mereka menggunakan banyak nama.
''Kita punya tujuh nama jaringan Abu Dujana di Jateng yang dicurigai.
Tapi setelah dilacak cuma ada dua nama. Lalu muncul nama lain lagi. Nama-nama
teroris yang kita buru memang terus bertambah,'' tuturnya didampingi Direskrim
Kombes Masjhudi.
Karena itulah upaya yang dilakukan dengan mengintensifkan pendataan.
Misalnya terhadap pendatang baru. Baik tempat asal pendatang dan ketua
lingkungan setempat harus segera melaporkan ke polisi jika ada warga baru
yang tinggal.
Dia juga berpendapat, dengan tertangkapnya Abu Dujana menunjukkan upaya
pengawasan yang bersifat preventif masih belum merata. Pihaknya berjanji
akan menghidupkan lagi dan meningkatkan upaya pengawasan dari masyarakat
yang selama ini sudah berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar